PENGARUH
KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI TERHADAP HARGA PERMINTAAN
LIFIA CITRA RAMADHANTI
41614010011
ABSTRAK
Selama
ini harga bbm di Indonesia masih disubsidi oleh pemerintah. Namun, harga bbm
tersebut masih tergantung pada 2 hal yaitu harga minyak dunia dan kekuatan
nilai rupiah. Saat ini, di Indonesia sedang terjadi ketidakstabilan harga bahan
bakar minyak. Yang sebelumnya sudah pernah naik saat penetapan pemilihan
presiden RI yang terbaru, lalu kemudian mengalami perubahan harga yang menurun,
namun pada bulan Maret 2015 terjadi kenaikan harga bbm lagi yang sudah di
tetapkan hingga sekarang. Disisi lain keprihatinan muncul oleh adanya kemampuan
masyarakat dalam hal pendapatan yang minim.
BBM
adalah salah satu komponen biaya energi yang memiliki keterkaitan dengan
kebutuhan masyarakat dalam hal konsumsi dan produksi. Sehingga dengan adanya
kenaikan harga bbm, berpengaruh terhadap harga permintaan masyarakat. Bahwa,
dengan naiknya harga bbm, maka permintaan masyarakat terhadap bbm berkurang. Padahal,
kehadiran bbm sangat penting untuk kebutuhan masyarakat.
Namun,
karena terjadi ketidaksesuaian antara pendapatan masyarakat dengan harga bahan
bakar minyak, oleh karena itu banyak terjadi dampak seperti harga bahan pokok
menjadi meningkat, terjadi inflasi, dan permintaan masyarakat akan kebutuhan
pokok tersebut berangsur berkurang dan mencoba untuk mengganti dengan solusi
lain hingga harga bahan bakar minyak tersebut dapat stabil kembali.
Kata kunci : bahan bakar minyak,
inflasi, harga permintaan
ZUSAMMENFASSUNG
Während dieser Zeit der Preis für
Kraftstoff in Indonesien immer noch von der Regierung subventioniert.
Allerdings ist der Preis für Kraftstoff noch abhängig von zwei Dingen: den
Weltölpreisen und der Stärke der Rupiah. Derzeit in Indonesien wird die
Instabilität der Kraftstoffpreise. Das zuvor jahrelang gestiegen, während die
Festsetzung RI aktuellen Präsidentschaftswahlen, und dann erlebte eine
rückläufige Preisänderungen, aber im März 2015 wird der Anstieg der
Treibstoffpreise bereits wieder in der Menge bis jetzt. Auf der anderen Seite
Bedenken durch die Fähigkeit der Gesellschaft in Bezug auf Einkommen, ist
minimal.
Kraftstoff ist eine der Komponenten
der Energiekosten, die Relevanz für die Bedürfnisse der Gesellschaft in Bezug
auf den Verbrauch und die Produktion haben. Also mit dem Anstieg der
Treibstoffpreise, Einfluss auf den Preis der öffentlichen Nachfrage. Dass mit
der steigenden Kraftstoffpreise, die öffentliche Nachfrage nach reduzierten
Treibstoff. In der Tat ist das Vorhandensein von Kraftstoff für die Bedürfnisse
der Menschen sehr wichtig.
Da gibt es eine Diskrepanz zwischen
dem Einkommen der Menschen mit der Kraftstoffpreise, also eine Menge los
Auswirkungen, da der Preis von Lebensmitteln nimmt zu, die Inflation und die
öffentliche Nachfrage nach Grundbedürfnisse allmählich ab und versuchen, mit
einer anderen Lösung, die Preise Brennstoff ersetzen Das Öl kann wieder
stabilisiert werden.
Stichwort: Heizöl, Inflation,
Preisanfrage
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara
yang kaya akan sumber daya alam. Namun, masih saja sering terjadi permasalahan
di bahan baku maupun bahan bakar minyak. Akhir-akhir ini harga minyak bumi di
pasar internasional sangat fluktuatif dengan kecenderungan yang meningkat. Pada
tahun 2011 harga minyak dunia (minyak Brent dan Indonesian Crude Oil Price atau
ICP) berada pada level di atas batas psikologis USD 100 per barel. Kenaikan
harga mencapai ratarata sekitar USD 111 per barel atau meningkat sekitar 40% dibandingkan
rata-rata harga minyak tahun 2010 yang mencapai USD 79 per barel. Lonjakan
harga minyak yang sangat tinggi ini tentu saja menjadi perhatian hampir seluruh
negara di dunia, baik negara produsen (eksportir) minyak bumi maupun negara
konsumen (importir). Hal ini disebabkan karena peranan minyak yang sangat
penting sebagai bahan bakar yang menggerakkan perekonomian. Pasokan minyak bumi
merupakan input vital dalam proses produksi industri, terutama untuk
menghasilkan listrik, menjalankan mesin produksi dan mengangkut hasil produksi
ke pasar. Disamping itu, minyak bumi juga penting bagi pembangunan ekonomi dan
sosial yang berkelanjutan. Mengingat peranannya yang vital tersebut, implikasi
yang timbul akibat fluktuasi harga minyak juga akan beragam. Berbagai studi
yang pernah dilakukan paska krisis minyak (oil shocks) pada dekade 1970-an
mengkonfirmasi bahwa guncangan harga minyak berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Bahkan hasil studi tersebut kemudian
dijadikan sebagai dasar justifikasi bahwa krisis minyak adalah penyebab resesi
ekonomi, terutama yang terjadi di Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa
pada waktu itu (Hamilton, 1983, 1988, 1996). Studi empiris lain juga telah
dilakukan untuk melihat mekanisme transmisi oil shocks terhadap perekonomian,
mulai dari efek permintaan, penawaran, bahkan efek nilai tukar perdagangan
(terms of trade effect).
Lalu di Indonesia sendiri,
harga permintaan terhadap bahan bakar minyak menjadi berkurang di awal tahun
2015 ini. Tepat pada tanggal 1 April 2015 terjadi penetapan kenaikan harga
bahan bakar minyak pada jenis premium dan solar. Alasannya adalah harga pada
jenis bahan bakar minyak premium dan solar mengikuti harga minyak dunia yang
sedang mengalami fluktuasi. Padahal, permintaan masyarakat berada di jenis
bahan bakar minyak premium dan solar.
PERMASALAHAN
Dengan adanya kenaikan
harga bahan bakar minyak, sangat berpengaruh terhadap banyak harga permintaan,
diantaranya :
Pertama, dari efek sisi penawaran (supplyside
shock effect). Kenaikan harga minyak menyebabkan penurunan output karena
kenaikan harga memberikan sinyal berkurangnya ketersediaan input dasar untuk
produksi. Akibatnya, laju pertumbuhan dan produktivitas menurun (Qianqian,
2011). Guncangan harga minyak bisa menyebabkan naiknya biaya marjinal (marginal
cost) produksi industri sehingga mengurangi produksi dan meningkatkan
pengangguran (Brown and Yücel, 2002; Lardic and Mignon, 2006, 2008; dan Dogrul
and Soytas, 2010).
Kedua, efek inflasi (inflation effect).
Kenaikan harga minyak juga menyebabkan meningkatnya inflasi. Harga minyak
mentah yang lebih tinggi akan segera diikuti oleh naiknya harga produk-produk
minyak, seperti bensin dan minyak bakar yang digunakan konsumen (Cologni and
Manera, 2008).
Ketiga, efek transfer kekayaan (wealth
transfer effect), yang menekankan pada pergeseran daya beli (purchasing power)
dari negara importir minyak ke negara eksportir minyak. Pergeseran daya beli
menyebabkan berkurangnya permintaan konsumen terhadap minyak di negara
pengimpor dan bertambahnya permintaan konsumen di negara pengekspor.
Konsekuensinya, permintaan konsumen dunia terhadap barang-barang yang
dihasilkan negara pengimpor minyak berkurang dan persediaan tabungan (supply of
savings) dunia meningkat. Peningkatan pasokan tabungan menyebabkan turunnya
suku bunga riil. Penurunan suku bunga dunia akan menstimulasi investasi,
sebagai penyeimbang turunnya konsumsi, sehingga permintaan agregat tidak
berubah di negara pengimpor. Apabila harga sulit turun, penurunan permintaan
terhadap barang-barang yang dihasilkan negara pengimpor minyak lebih lanjut
akan menurunkan pertumbuhan PDB. Jika tingkat harga tidak bisa turun, belanja
konsumsi akan turun lebih besar dari peningkatan investasi, sehingga
menyebabkan penurunan permintaan agregat dan lebih lanjut memperlambat
pertumbuhan ekonomi (Brown and Yucel, 2002; Berument and Tasci, 2002; Lardic
and Mignon, 2006, 2008; dan Cologni and Manera, 2008).
Keempat, efek saldo riil (real balance
effect). Kenaikan harga minyak akan mendorong kenaikan permintaan uang. Apabila
otoritas moneter gagal meningkatkan jumlah uang beredar untuk memenuhi
pertumbuhan permintaan uang, maka saldo riil akan turun, suku bunga akan naik
dan laju pertumbuhan ekonomi melambat (Berument and Tasci, 2002; Lardic and
Mignon, 2006, 2008; Cologni and Manera, 2008 dan Tang et al., 2010).
Kelima, efek konsumsi, investasi dan harga
saham. Kenaikan harga minyak memberikan efek negatif terhadap konsumsi,
investasi dan harga saham. Pengaruh terhadap konsumsi berkaitan dengan
pendapatan disposibel yang berkurang karena kenaikan harga minyak, sedangkan
investasi dipengaruhi melalui peningkatan biaya perusahaan (Sadorsky, 1999;
Kilian, 2008, 2009 dan Henriques and Sadorsky, 2011).
PEMBAHASAN
Di Indonesia, harga bahan
bakar minyak memang sangat bergantung pada 2 hal yaitu harga minyak dunia dan
kekuatan nilai rupiah. Disisi lain harga
dolar sedang naik. Oleh karena itu, secara otomatis harga rupiah kekuatannya
melemah.
Selain itu, berdasarkan teori harga permintaan bahwa semakin rendah
harga suatu barang maka semakin
banyak permintaan terhadap barang
tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit
permintaan terhadap barang tersebut.
Sama halnya dengan adanya
fluktuasi harga bahan bakar minyak, yang dapat bedampak pada berbagai bidang
seperti penurunan ouput produksi akibat permintaan masyarakat menurun, terjadi
inflasi di berbagai macam harga bahan pokok seperti harga pangan, dan harga
kebutuhan lainnya, lalu terjadi pergeseran daya beli yang berawal dari
pemintaan terhadap negara pengimpor minyak berubah haluan menjadi ke Negara pengekspor
minyak atau secara konsekuensi dengan
meningkatnya harga bbm membuat pengurangan permintaan konsumen dunia terhadap
minyak di Negara pengimpor.
Berikut dapat di gambarkan dalam bentuk kurva permintaan :
Secara matematis, fungsi permintaan
dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan yaitu :
Qd = a
– bPd atau Pd = -1/b ( -a + Qd)
Keterangan :
Pd
= adalah harga barang per unit yang diminta
Qd = adalah banyaknya unit barang yang diminta
Qd = adalah banyaknya unit barang yang diminta
a dan b = adalah konstanta, dimana b harus
bernilai negative
Syarat, P ≥ 0, Q ≥ 0
Contohnya adalah pada awal tahun 2015, harga premium yaitu Rp. 6500,00, dengan permintaan masyarakat rata rata
membutuhkan sekitar 5L premium setiap harinya untuk kendaraan roda dua, menjelang
awal tahun 2015, harga premium naik menjadi Rp. 8500,00, secara otomatis
permintaan menurun menjadi 3L setiap harinya. Oleh karena itu, buatlah fungsi
permintaannya.
Jawab :
Dari soal diatas diperoleh data :
P1 = Rp. 6.500 Q1 = 5 L
P2 = Rp. 8.500 Q2 = 2 L
untuk menentukan fungsi permintaannya maka digunakan rumus persamaan garis melalui dua titik, yakni :
y – y1 x – x1
—— = ——–
y2 – y1 x2 – x1
dengan mengganti x = Q dan y = P maka didapat,
P - P1 Q – Q1
——- = ——–
P2 – P1 Q2 – Q1
P1 = Rp. 6.500 Q1 = 5 L
P2 = Rp. 8.500 Q2 = 2 L
untuk menentukan fungsi permintaannya maka digunakan rumus persamaan garis melalui dua titik, yakni :
y – y1 x – x1
—— = ——–
y2 – y1 x2 – x1
dengan mengganti x = Q dan y = P maka didapat,
P - P1 Q – Q1
——- = ——–
P2 – P1 Q2 – Q1
mari kita masukan data diatas kedalam rumus :
P - 6.500 Q – 5
———————– = —————-
8.500 - 6.500 2 – 5
P - 6.500 Q – 5
———————– = —————-
8.500 - 6.500 2 – 5
P – 6.500
Q – 5
———————– = —————-
2.000 -3
———————– = —————-
2.000 -3
P - 6.500 (-3)
= 2.000 (Q – 5)
-3P + 19500 = 2000Q – 10000
-3P+19500+10000=2000Q
-3P+29500=2000Q
Q = 15-0.0015P
-3P + 19500 = 2000Q – 10000
-3P+19500+10000=2000Q
-3P+29500=2000Q
Q = 15-0.0015P
Maka diperoleh fungsi permintaan yaitu
Q=15-0.0015P
Kesimpulan
Setiap ada kenaikan harga suatu bahan
pokok seperti bahan bakar minyak akan berpengaruh terhadap segala hal dalam
bidang kebutuhan. Dan disisi lain pasti ada dampak yang terjadi seperti dampak
terhadap fungsi permintaan masyarakat terhadap barang tersebut, dimana apabila
terjadi kenaikan harga barang maka permintaan barang tersebut akan semakin
berkurang sesuai dengan hukum permintaan dalam ekonomi mikro.
Daftar
pustaka
lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/3517/1/harga.bbm.naik.lagi
Rahardja, Pratama.2010. Jurnal ekonomi
mikro, FE UI. .Jakarta. FE UI
Sugiarto, dkk. 2012. Ekonomi mikro.
Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
N Gregory Mankiw.
2011. Pengantar ilmu ekonomi. Surabaya. Salemba Empat
No comments:
Post a Comment