Showing posts with label CERPEN. Show all posts
Showing posts with label CERPEN. Show all posts

Monday, 15 December 2014

Pengkhianat Persahabatan




            Aku adalah seorang remaja yang berumur 14 tahun, aku sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Di sini aku mempunyai 3 teman baik yaitu Vita, Kaka, dan Lena. Kemana aku pergi, aku selalu bersama mereka. Aku duduk sebangku dengan Lena, sedangkan Vita duduk sebangku dengan Kaka. Memang, aku baru mengenalnya saat aku baru masuk SMA. Tetapi aku sudah mengenal Vita sejak SMP. Aku memiliki usia yang sangat jauh bedanya dengan mereka. Walaupun aku lebih muda dari mereka, tetapi aku tetap menghargai mereka sebagai teman dan sekaligus sebagai kakak angkatku selama di sekolah.
Aku pun selalu berbagi cerita dengan mereka, begitu pun mereka. Namun, pada suatu ketika teman baikku yang bernama Lena sedang mendapatkan masalah di dalam hidupnya, ia hanya percaya kepadaku untuk menjaga semua rahasia yang akan ia ceritakan kepadaku. Ia tidak mau jika ada orang lain yang mengetahuinya selain aku. Ketika bel masuk berbunyi, tiba-tiba Lena datang dengan wajah yang penuh duka, aku pun terkaget melihatnya, ”ada masalah apa denganmu Lena?” tanya aku, tetapi Lena tetap diam membisu tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Hingga akhirnya aku memutuskan untuk merayu ia agar mau bercerita tentang yang dialaminya. “Len, aku kan teman baikmu aku janji tidak akan membuka semua rahasia kamu,’’ kata aku. “Aku mau cerita sama kamu Cit, asalkan kamu mau menjaga rahasiaku ini,” jawab Lena. “Tenang Lena, aku tidak akan pernah membuka semua rahasia orang karena itu dosa, lalu apa yang sedang kamu rasakan sekarang?” tanya aku. Tiba tiba Lena menangis, “aku menderita sakit leukemia Cit, dan aku baru tahu penyakit itu kemarin,” jawab Lena dengan menangis. Tiba tiba Vita dan Kaka datang menemui aku dan Lena, ”Len kamu kenapa?” tanya Kaka. “Aku gak kenapa kenapa kok,” jawab Lena dengan senyum terpaksa. Namun, Vita merasa heran dengan jawaban yang diberikan oleh Lena, seakan-akan Lena tidak menganggap adanya mereka yang mungkin menurut Vita, mereka juga harus tahu apa yang dialami oleh Lena. “Kok kamu gitu sih Len? Tidak mau berbagi cerita dengan aku dan Kaka?” tanya Vita dengan wajah kesal. Lalu jawaban yang sama pun tetap keluar dari mulut Lena.
Dan akhirnya mereka pergi meninggalkan aku dan Lena dengan wajah kesal dan cemberut. Lalu bel istirahat berbunyi, tiba tiba aku melihat Vita dan Kaka sedang bercerita di sudut kelas dengan wajah yang serius bahkan mereka pun tidak mau menceritakan apa yang sedang mereka ceritakan. “Vit, kalian lagi bicara tentang apa sih?” tanya aku. “Kamu gak usah ikut campur deh Cit dengan urusan aku dan Kaka,” jawab Vita dengan wajah yang sinis. Aku pun terkaget, kenapa sikap mereka berubah secara tiba tiba kepada aku padahal aku tidak pernah memiliki masalah dengan mereka. Aku pun pergi ke kantin hanya bersama Lena, tiba tiba ada seorang temanku yang bernama Milla yang datang dengan wajah yang serius dan berusaha mendekati aku. “Cit, kamu tahu tidak ? kalau si Vita dan Kaka sedang menceritakan keburukan kamu dan Lena di kantin sekarang,” kata Milla dengan wajah serius. “Lalu salah aku dan Lena apa Mil, kok mereka tega sih membuat fitnah tentang aku dan Lena di hadapan teman teman sekelas?” tanya aku. “Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan dan aku sempat mendengar kalau mereka tidak senang dengan kamu dan Lena dari semenjak masuk sekolah,” jawab Milla. Tetapi aku dan Lena tetap tidak percaya dengan berita yang dibawa oleh Milla.
Ketika bel masuk berbunyi, aku duduk di kursi ku bersama Lena, dan tiba tiba aku sedikit mendengar percakapan Vita dan Kaka dengan seorang teman sekelasku. “Kalian tahu tidak, kalau si Citra dan Lena itu munafik?” kata Vita dengan suara pelan. ”Selama aku kenal dia dari kelas satu SMP, Citra tidak seperti itu dia adalah orang yang baik sama teman temannya,” jawab Dinda seorang teman sekelasku. “Tetapi menurut aku, Citra sama Lena itu munafik, mereka anggap aku dan Kaka sebagai teman baik tetapi mereka selalu saja merahasiakan sesuatu tanpa kita ketahui,” kata Vita sambil berbisik. Setelah aku mendengar semua percakapan itu aku baru percaya bahwa selama ini mereka hanya baik di depan muka, tetapi di belakang aku dan Lena mereka tega memfitnah aku dan Lena di hadapan teman sekelas. Wajar saja, jika aku merahasiakan sesuatu yang menurut pemilknya tidak boleh diketahui oleh siapa pun selain aku, tetapi kenapa mereka berprasangka buruk terhadap aku dan Lena. Hingga akhirnya, aku dan Lena mencoba bersabar dan menjadikan semua itu sebagai pengalaman dalam berteman.

Oleh : Lifia Citra Ramadhanti
X7
Biografi Penulis

Lifia Citra Ramadhanti, lahir di Tangerang, 10 Januari 1998. Memiliki hobi menulis cerpen, membaca buku cerita, dan menonton film. Salah satu bakat yang pernah diraih olehnya adalah menjuarai lomba hafalan Qur’an, menjuarai lomba cerdas cermat antar sekolah (SMP), dan  menjuarai lomba Mading (Majalah Dinding) antar remaja. Salah satu cita cita dari seorang penulis cerpen ini yaitu menjadi seorang INSINYUR WANITA MUDA. Harapan dari penulis yaitu pembaca mampu memahami isi cerpen ini, dan mendapatkan inspirasi agar lebih berhati-hati dalam bergaul.


“AKHIR CERITA CINTA”

“AKHIR CERITA CINTA”

            Pagi hari, saat aku di sekolah,aku sedang duduk di bangku bersama dengan seorang sahabat aku bernama lia, tiba tiba seorang guru ku ada yang memanggilku dari jarak  jauh “Dinda..dinda..”, sambil melambaikan tangannya kepadaku. “Iya, ada apa pak ?” kata aku. “Bpk ingin memberitahumu tentang penjurusan yang kamu pilih” kata guruku. Dengan rasa panik dan tegang aku pun masuk ke dalam ruang bimbingan konseling, lalu aku duduk di bangku itu dengan perasaan yang benar benar tegang. “Dinda, silahkan lihat nilai kamu” kata guruku, dengan perasaan yang tegang dan wajah yang penuh keringat aku berusaha melihat nilai aku dengan pelan pelan. Dan ternyata, Alhamdulillah yang selama ini aku inginkan dapat terjadi juga dengan perasaan yang bahagia aku tersenyum kepada guruku, “tetapi belum rapih di saat itu saja” kata guruku. “ Maksud bpk ?” jawab aku dengan rasa ingin tahu. “ Kamu harus serius dalam belajar, lupakan dulu tentang percintaan karena langkah kamu masih panjang sekali apalagi jika kamu tidak serius dalam hal belajar kemungkinan kamu akan kehilangan peluang ini” jawab guruku sambil tersenyum menasihatiku”. Aku pun termenung, dengan perasaan yang kacau dan bingung dengan apa yang dimaksud oleh guruku tadi. “ Baik pak, saya akan berusaha semaksimal mungkin” jawab aku dengan senyum yang mungkin penuh dengan tanda tanya.
Aku pun langsung pamit untuk keluar dari ruangan itu, dan tiba tiba sahabat aku datang menghampiriku dan bertanya “ kamu habis apa din di dalam ? Tanya Lia. “ sepertinya aku harus menghilangkan rasaku ini kepada kakak kelas itu li” jawab aku. “ Maksud kamu ?” Tanya Lia. “ Iya, aku harus fokus dengan sekolah ku ini karena sudah banyak yang menasihatiku tentang ini, dan ternyata semuanya itu sama” jawab aku dengan pikiran kosong. “ Kamu yakin din ?” kata Lia, “iya aku yakin dengan cara itu mungkin aku tidak akan menyesal di kemudian hari, akupun sadar bahwa umur ku saat ini memang terlalu jauh untuk mengenal tentang percintaan” kata aku. “ memang sih, aku juga sependapat dengan orang tuamu , dan guru” kata Lia. “ lalu apa yang harus aku lakukan sekarang Li ?” Tanya aku dengan air mata yang bercucuran di pipi cabik ku ini. “ Mungkin kamu harus memutuskan hubungan dengan kakak kelas itu agar kamu lebih fokus terhadap pelajaran sekolah” jawab Lia. “Hati aku juga bilang seperti itu li, bahkan orang tuaku pun sudah sering berkata seperti itu, namun aku tetap saja diam dan tidak bertindak apa-apa”.



Tiba tiba bel pulang sekolah berbunyi, akupun langsung bergegas pulang bersama sahabatku. Di sepanjang jalan aku bercerita tentang masalah aku tadi, namun sahabat aku terus meyakini aku tentang saran yang ia berikan tadi. Aku pun langsung mengambil handphone yang ada di dalam tas, dengan perasaan bingung aku berusaha untuk mengetik pesan yang berisikan permohonan maaf dan kalimat untuk mengakhiri hubungan ini. “ assalamualaikum, maaf sebelumnya kalau aku ganggu kakak J mungkin saat ini kakak sendiri sedang sibuk dengan kegiatan kakak. Tetapi ada suatu hal yang harus aku bicarakan dengan kk. Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih atas semuanya, tetapi aku belum bisa membalas semua itu, aku harap kakak bisa memakluminya. Dengan maksud baik, aku ingin beristirahat sejenak dalam hal percintaan, karna aku ingin fokus terhadap sekolah ku” itu adalah salah satu bagian pesan yang akan ku kirim kepadanya. Dengan perasaan kacau, hati ini berkata “ yakinkan semua itu dengan mengucap basmalah semoga itu adalah jalan terbaik munuju kesuksesan mu”. Sahabat ku berkata “ yasudah, jika kamu yakin dengan semua itu aku tetap mendukung kamu kok J” akupun menangis di pelukannya. Sambil mengusap punggungku, ia berkata “ Din, sudah jangan menangis semua itu kamu yang memilih dan kamu harus mempertanggung jawabkan itu”, “ bantu aku li, untuk lebih tegar dalam menghadapi semua ini” kata aku. “ baik, aku akan selalu ada di samping mu, yaudah jangan nangis lagi yaa, katanya strong woman kok nangis sih” tutur lia sambil berusaha untuk membuat aku tersenyum. Tiba tiba handphone ku bordering, dan ternyata itu adalah balasan pesan yang sejak  tadi aku tunggu “ oh begitu,yaudah gak apa apa kok, dahulukan saja your destiny,kalo kamu butuh aku silahkan hubungi aku J” aku pun terkaget membacanya, seperti santai dalam kehilangan orang yang di sayanginya itu. Saat itu pun juga aku langsung mematikan handphone itu dan berusaha untuk senyum terhadap orang orang di sekeliling aku.


by : Lifia Citra Ramadhanti


Saturday, 6 December 2014

CHAPTER 1 " MASA ORIENTASI SISWA "

Aku huma, kini diriku berusia 16 tahun. Namun, posisi ku saat ini sedang berada di bangku kuliah semester 1. Setiap orang pasti memiliki cerita sejak sma dulu.
Di pertengahan tahun 2011, aku mulai memasuki dunia SMA. Dunia, yang katanya penuh dengan senioritas. Apakah benar ? kita lihat jawabannya di sepanjang cerita ini ya. Okei, aku ingat sekali awal kali diriku masuk ke dunia SMA aku tidak mengenal satupun dari teman temanku itu. Tetapi, tak kusangka ternyata teman smp ku sekaligus sahabat smp ku dahulu bersekolah di sekolah yang sama denganku. Dialah Ria.
Hari 1. Pukul 5 pagi, papah ku sudah mengantar ku kesekolah dengan menggunakan topi kerucut karton ku dengan name tag berisi nama, asal smp, dan foto ku bersama patung manekin. OMG, sungguh memalukan ketika meminta foto tersebut di mall perbelanjaan jakarta hehehe,  lalu aku tiba disana kemudian aku duduk di lobby sekolahku tersebut, tiba tiba teman smp ku tersebut memanggil "Humaa....."teriak ria. 
Lalu aku menoleh, dan berkata " haiiiiii, omg ketemu lagi " sahut ku.
" Alhamdulillah dong ma, yuk ah kita tunggu yang lain" jawab ria. 
1 jam berlalu, akhirnya kami di kumpulkan di lapangan kemudian kami berbaris dan saling berkenalan.
 " Hai, nama kamu siapa ? " tanya temanku. 
"namaku huma, kamu ?" jawabku. 
" hai huma, nama ku lia" kata lia. 
" hallo, kamu dari smp mana ?" tanyaku
" aku dari smpn 123, kalau kamu ?" jawab lia
" aku dari smpn 135" kata aku.
Tiba tiba acara apel selesai, kemudian kami di bagi menjadi beberapa kelompok dan saat itu aku mendapatkan kelompok saturnus. Aku duduk di urutan pertama nomor dua dari depan. Di samping ku ada ria, lalu di depan ku ada 2 cowok yang belum kenal saat itu.
"Eh ri, cowok di depan kita itu kok diam aja ya ? gak ngajak kenalan gitu atau nanya nama ?" tanya ku
" hm kurang tau deh ma, mungkin karna ini baru awal kali yaaa jadi masih malu malu kucing gitu tapi aku yakin kalau udah 1 bulan lebih pasti kita udah kenal kok" jawab ria.
" tapi dia pintar deh kayaknya, soalnya pas kakak mentor kasih pertanyaan dia bisa jawab ri
" jawabku
" iya sih, kelihatan dari wajahnya kalau dia pintar" balas ria
Lalu aku dan teman teman baru ku berkenalan satu per satu kedepan kelas, kemudian kami main games lalu keliling keliling sekolah ku tersebut. Seru sih, tapi cukup melelahkan karena diriku masuk pukul 6.30 lalu pulang pukul 5 sore. Begitupun hari selanjutnya, banyak sekali acara yang di lakukan oleh kakak mentor ku, dan itu sungguh mengasyikan dan penuh cerita.
Namun,selama 3 hari berlangsung, di akhir acara kami di perkenalkan dengan penampilan semua ekstrakurikuler yang ada di sma ku tersebut. Sejak saat itu, aku mulai paham bagaimana awal menjadi siswi sma, yang sudah tidak lagi memakai rok biru dengan dasi biru namun saat itu pula aku sudah mengerti bahwa diriku kini sudah memasuki dunia baru yang penuh tantangan dan juga perjuangan.

INTRO FLASHBACK DUNIA SMA

SMA adalah masa masa yang paling mengesankan. Layaknya dunia remaja yang penuh dengan warna dan suka cita. Meskipun hanya berlabuh selama 3 tahun saja, namun kenangan itu akan terus tersimpan selamanya. Berawal dari masa orientasi siswa, tak kenal satupun dengan mereka, diam malu malu untuk bicara dan putih biru yang masih terpakai, layaknya siswa smp yang baru memulai dunia baru dengan ketidaktahuan apa apa.
Dahulu, orang orang mengira kalau dunia SMA itu penuh senioritas. Tapi ? selama aku merasakan 3 tahunnya di dunia sma, tak ada sedikitpun rasa senioritas yang aku alami, Inilah kisah sma ku yang akan aku curahkan di cerita pendek selanjutnya.


Thursday, 4 December 2014

You’re Sky, I’m Earth

Kau langit yang tak mungkin tersentuh oleh gapaian tanganku
Di sini, bumi, tempatku berpijak
Hanya berandai-andai setiap menatapmu
Kau yang jauh di sana
Akankah bisa bersatu?
Nya, lihatlah ke blkg…
Mendapati Short Message Service yang baru dibukanya, Anya membalikkan badannya, mencari sosok yang mengirimi pesan tersebut kepadanya. Sebuah blitz seketika menimpa wajahnya, silau. Terlihat senyum simpul yang mengembang dalam wajah di balik kamera digital yang baru saja membidik. Dasar Benny. Anya menimpalinya dengan senyuman manis.
“Ayo, bergayalah.” Benny Mengangkat kameranya siap memotret kembali.
Malu-malu, Anya dalam balutan seragam abu-abu putihnya mengangkat telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.
“Ben, aku juga mau donk.”
Seorang gadis lain datang langsung berpose di depan Benny, membelakangi bangku Anya.
“Tapi bukan di sini. Di luar, lebih bagus pencahayaannya.”
Benny mengangkat bahunya. “Baiklah. Fani”. Dia bangkit dari bangkunya menyusul Fani yang berjalan dahulu. Tangannya melambai saat melewati bangku Anya. Keduanya menghilang di balik pintu.
Terdengar suara pintu yang tergeser, diikuti derap langkah kaki-kaki memasuki toilet. Riuh suara gadis-gadis itu.
“Sudah kubilang kan, produk itu tidak cocok denganmu. Lihat, wajahmu sekarang.” Seru gadis dengan suara manja.
“Ah, mana kutahu. Tante Mega yang memberiku cuma-cuma, siapa yang tak mau. Lagian kau tahu sendiri kan bagaimana aku ingin terlihat putih dan bersih.” Timpal gadis lain bersuara cempreng.
“Lain kali, turuti ucapanku. Begitukan hasilnya?”
Sesaat sunyi senyap. Menyisakan suara gemericik air.
“Hmm… aku sangat iri dengannya.” Gadis cempreng itu berkata.
“Siapa?”
“Kau tahu sendiri, gadis tercantik di SMA ini, kalau bukan Fani.”
“Kau benar, ia betul-betul cewek idaman. Cantik, kaya, pintar, ketua pemandu sorak dan seorang model pula. Ahh, mengapa semua kesempurnaan Tuhan berikan kepadanya.”
“Tapi, Tuhan adil.” Kali, gadis lain nimbrung bicara. Suaranya tenang berbeda dengan kedua lainnya. “Soal cinta, ternyata Fani masih belum berhasil mendapatkan hati Benny.”
Seseorang menggerutu, suaranya cempreng.
“Bagaimana berhasil, jika gadis jelek itu selalu di samping Benny. Apa sih spesialnya dia? Sampai-sampai si tampan itu juga mendekatinya. Aku rela, dia bersanding dengan Fani. Tapi dengan Anya, aku sangat tidak terima.”
“Aku sendiri juga tidak mengerti. Apa sih yang dilihat darinya. Pendek, berkacamata, dan kucir kudanya yang selalu bikin aku tidak nyaman tiap melihatnya.” Ujar gadis centil.
Tiba-tiba bel berdering. Percakapan mereka terhenti. Pelajaran selanjutnya akan dimulai.
Pintu toilet kembali tergeser, gadis-gadis itu keluar dengan suara riuhnya kembali. Tertutup kembali. Sepi. Meninggalkan suara tetes air yang mengalir dari kran wastafel yang tidak sepenuhnya tertutup rapat. Dari ujung kamar toilet, terdengar suara air yang terbilas. Pintunya terbuka. Seorang gadis keluar. Kacamata yang selalu bertengger di atas hidungnya, dilepasnya. Matanya menatap bayangannya sendiri dalam cermin panjang yang mengisi sepanjang dinding.
“Kurasa benar” dia mendesah.
Tiba-tiba terdengar lagu Mata Aimashou- Seamo. Anya segera mengambil ponsel genggamnya, ada SMS masuk. Segera dibukanya.
Pastikan kau datang ya. Sebentar lagi akan datang kiriman. Ku harap kau memakainya nanti. Aku akan senang melihatmu di sana. Sampai ketemu. Let’s party.
Anya melepaskan tatapannya dari layar laptop di hadapannya. Matanya menerawang ke jendela. Korden putih yang menghiasi jendela itu bergerak-gerak terhembus angin, membuka cakrawala di luar. Langit terlihat cerah, biru menenangkan. Menyeduhkan mata yang memandang. Namun bagi Anya. langit siang itu mendung. Saat ini dunianya berkubang dalam kegalauan.
Apa yang harus kulakukan? Aku harus bagaimana, Ben? Kalau kau terus begini, kau membuatku tidak nyaman…
Seharian HP-nya sudah puluhan penuh SMS dan miss-called Benny. Menyerah akhirnya Anya memutuskan untuk datang. Kurasa semuanya akan baik-baik saja. Aku cuma cukup datang dan setelah itu pergi.
“Anya.” Suara itu memanggilnya.
Anya menoleh, melihat seseorang dalam balutan jas putih berjalan menerobos kerumunan ke arahnya. Kafe besar itu ramai, bukan karena para pengunjung yang ingin menikmati secangkir kopi atau steak daging domba, namun oleh para remaja yang mengobrol riuh dalam pesta ulang tahun. Suara musik mengalun dalam keindahan sang malam.
Anya menahan napasnya sejenak. Lalu perlahan-lahan ia mengembuskannya ketika Benny datang menghampiri.
“Aku tahu, kau pasti datang.” Senyum Benny lebar.
“Kau benar-benar cantik sekali malam ini, Anya.”
Tiba-tiba seseorang berseru memanggil Benny. Mereka menoleh. Di seberang ruangan, seseorang melambai. Benny membalas dengan lambaiannya tangannya pula. Lalu beralih menatap Anya.
“Kau tak apa, kutinggal sebentar.”
Anya menggangguk. “Baiklah.”
Setelah melihat sosok Benny menghilang di antara kerumunan orang-orang, Anya berjalan ke arah meja yang berisi banyak kudapan.
“Hei, Anya,” sapa Nita dengan suara cemprengnya saat Anya berdiri mengambil salah satu kue dengan pinggiran krim untuk dimakannya.
Anya menoleh. Geng tiga cewek yang menyebut diri mereka, wondergelis, muncul di hadapannya.
“Woo, lihat si bebek buruk rupa malam ini seperti angsa putih.”
Terdengar suara “wuuu” mengekor dari dua cewek lainnya. Ketiganya seakan senang. namun Anya tak menghiraukan. Ia memilih mengisi piringnya dengan kue-kue. Daripada menanggapi ocehannya, lebih baik mengisi perut yang kelaparan sedari sore.
“Namun sayangnya sang pangeran tidak tertarik padanya. Dia lebih memilih bicara dengan putri yang sejati.”
Kali ini, Anya menghiraukan. Mata Anya dilayangkan ke seberang ruangan. Nafasnya tercekat di tenggorokan. Sesak.
“Serasi sekali mereka. Si tampan Benny dan si cantik Fina” Sanjung Feli, dengan suara yang terkesan manjanya.
“Kau tahu, langit sangat jauh dengan bumi. Biarkan ia bersanding dekat dengan sang bintang yang berkilau. Itu akan terlihat sangat cantik. Jadi, kuharap menyingkirlah kau”.
Nita menyunggingkan senyum sini, “Sangat mudah seperti angin… fiuuuhhh.” Tangannya mengibas kasar mengarah ke piring Anya.
“Ups, aku tidak sengaja.” Nita mengalihkan pandangannya ke arah lain, seakan tak berdosa. Gaun Anya kini pun penuh noda krim.
“Itu memang pantas bagimu.” Sambung Nita.
Suara tawa ketiganya membahana.
“Kau sungguh memalukan, Nita.”
Benny berseru, dia berjalan cepat menghampiri mereka.
“Kukira ku sudah berubah, tapi tidak. Aku tahu kau yang menyebar gossip itu. Aku tak suka kau mengejek Anya.”
“Tapi, Ben. Aku tak suka dia selalu berada di sisimu.”
“Itu menurutmu, tapi aku mencintainya.”
Mata Nita terbelalak. Tak percaya. Feli dan Reta –cewek satunya-. Seluruh ruangan hening. Tak ada percakapan.
Benny langsung mengandeng Anya. Membawanya keluar dari pesta.
Di luar udara berhembus dingin. Tiada suara. Hening.
“Maafkan mereka.” Benny membuka mulutnya.
Anya menunduk. Kepalanya menggeleng.
“Mereka tak salah, aku yang salah memposisikan diri. Dari awal seharusnya aku tak di sini.”
Anya tak berani menatap Benny. “Maafkan aku,” Kakinya melangkah pergi.
Tiba-tiba tangan Benny memegang siku Anya, menahannya untuk tidak pergi. “Ini juga berat bagiku. Jangan pergi dariku. Tetaplah di sisiku.”
Kaki Anya tertahan. Napasnya tercekat kembali.
“Kau tak perlu sempurna. Adanya kau, sudah melengkapi hidupku. Apa yang kukatakan tadi di dalam, tulus. Maafkan aku yang selama ini tidak tegas dalam hubungan ini. Aku sungguh mencintaimu, Anya”.
Malam itu langit terlihat cerah disinari rembulan. Bersih tanpa bintang-bintang yang berkelip menghiasinya seperti malam-malam sebelumnya. Menjadi saksi akan dua insan remaja berpelukan, mengikat kasih. Tanpa perbedaan di antaranya.

Monday, 17 November 2014

MENGALAH CINTA DEMI SAHABAT

Mengalah Cinta Demi Sahabat

Aku adalah seorang remaja yang baru berusia 13 tahun. aku sekolah di suatu sekolah menengah pertama. disini aku mempunyai 4 teman baik, yaitu arumi, shella, putri, dan yasmine. kami sangat kompak.pada suatu hari ada praktek pelajaran di kelasku, dan semua perebuatan untuk pertama. dan aku sudah mengambil ancang* untuk lari, dan duduk di bangku meja guru. lalu aku pun berlari, dan sampai, namun, ketika aku duduk, seseorang juga duduk di bangku itu. yap, kami berdua duduk di bangku yg sama. ternyata seseorang yg duduk itu adalah reza. pada saat itu, kami saling memandang, aku merasakan ada sesuatu yang aneh saat itu, hatiku terasa terkena setrum. 


Tapi enatah apa yg ia rasakan. saat itu semua anak sekelas menyorakiku "cieeee" kata mereka kompak, dan terus menerus. lalu akhirnya dia mengalah, dan aku yg di tes duluan.dan setelah itu, sahabatku bilang "cie syelza"kata putri " apaan sih, aku tuh ga suka sama dia " kataku mengelak "oh yaudah" balasnya.sejak saat itu kami berdua sering di ejek. aku gatau aku senang atau kesal.aku tidak berani merasakan rasa ini karena sahabatku putri juga menyukainya. aku tidak tega untuk melukai hatinya.aku dan reza sering smsan dan ngobrol/bercanda bareng. padu suatu saat, aku sedang berdua sama dia saat pulang sekolah untuk pulang bersama. di tengah perjalanan dia menyatakan cinta kepadaku "syel, emhh, aku mau ngomong sama kamu", kata reza, aku menjawab "iya, mau ngomong apa ?"balasku, lalu ia bilang "emhh.. aku, aku "''aku apa?", "emh, aku, suka sama kamu, kamu mau ga jadi pacar aku ? " kata reza. aku bingung mau jawab apa, aku memang suka sama dia, tetapi sahabatku juga suka sama dia, aku ga mau untuk menghancurkan hatinya. aku terdiam. dan akhirmya aku menjawab "emh, ntar dulu deh, aku pikir* dulu" jawabku, lalu dia bilang "yaudah sampai kapanpun aku akan nunggu kamu" kata reza, "ya, makasih ya"

Sejak saat itu aku jadi menjauh darinya, dan diapun merasakan iu, lalu ia bertanya kepadaku "gimana syel, kamu mau ga? aku bener* sayang sama kamu" kata reza. dan ternyata saat reza bilang itu putri dan beberapa teman yang lainnya mendengar. 
"ehemm, ada yang lagi tembak*an nih" kata rizky, sahabat reza,
"ciee,udah terima,terima"kata fani. aku diam, aku menatap wajah putri, dan sepertinya ia mengiyakan, tetapi aku tau kalau putri sakit hati. lalu putri meninggalkan kami. aku pergi mengejar putri dia menangis, aku minta maaf sama putri, diapun memaafkanku.lalu aku pegi ke reza dan bicara "kamu bener suka sama aku ?" kataku, 
"iya, aku sangat suka aku sangat mencintaimu", 
"kalo kamu suka sama aku, kamu jauhin aku, dan kamu lebih baik pacaran sama putri, karna dia benar* mencintaimu" kataku. 
"tapi aku sayangnya sama kamu, bukan sama putri, tapi kalo itu mau kamu, yaudah aku akan coba" jawabnya "makasih ya, kamu memang cowok yang baik".lalu sejak saat itu reza mendekati putri,dn setelah beberapa waktu, mereka jadian. aku sedih sekalius senang, aku cemburu setiap mereka berdua. tetapi aku yg memintanya, dan harus bagaimana lagi.setelah itu reza datang padaku, dan ia bilang 
"ini kan maumu ? walaupun sekarang aku belum mencintainya, dan aku masih sangat mencintaimu, tapi aku akn berusaha untuk mencintainya" dan sebelum aku bilang apapun, dia sudah pergi meniggalkanku.yah,mungkin inilah resikonya, aku menermanya,walaupun sulit untuk melakukannya.