Di dalam Alquran, Surat Ali Imran (surat ketiga) ayat 96 & 97, Allah berfirman, yang artinya: "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda nyata (diantaranya) makam Ibrahim.''
Asbabun nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini diriwayatkan oleh sahabat Usman bin Sajin tentang adanya perselisihan antara orang Yahudi yang mengatakan, Baitul Muqoddas merupakan tempat pengungsian para nabi, dan terdapat di tempat yang suci.
Orang muslim berpendapat Kakbah lebih agung. Kabar ini sampai kepada Nabi Muhammad saw, maka turunlah ayat 97 surat Ali Imran di atas.
Dari beberapa hadis diriwayatkan, sebelum diciptakan langit dan bumi, Arsy berada di atas air. Kemudian Allah SWT mengutus angin yang kencang, maka air itu kering, muncul di tempat baitullah seolah-olah seperti kubah, kemudian Allah membentangkan di bawahnya, maka sedikit demi sedikit menjadi keras.
Allah memberi patok dengan bukit yang disebut qubaisy. Maka bukit Qubaisy yang bersebelahan dengan Masjid Alharam ini merupakan bukit/gunung pertama yang ada di dunia.
Di Arasy terdapat Baitul Ma'mur tempat para malaikat bertawaf, kemudian Allah memerintahkan malaikat supaya membangun rumah seperti Baitul Ma'mur ini di atas bumi, dan Allah memerintahkan kepada makhluk di atas bumi supaya tawaf mengelilingi rumah ini seperti makhluk di langit tawaf mengelilingi Baitul Ma'mur.
Masa Nabi Adam
Ketika Allah menerima taubat Nabi Adam as, Allah memerintahkan Adam agar berjalan menuju ke Kakbah. Sewaktu Nabi Adam melaksanakan aji, ia berdoa: "Wahai, Tuhanku, setiap pekerjaan ada pahala.'' Kemudian Allah berfirman: "Adapun kamu, wahai Adam, telah aku ampuni dosamu, maka jika anak cucumu datang ke Masjid Haram dengan mohon ampunan dari dosanya, maka Aku mengampuni segala dosanya.'' Bersamaan dengan itu para malaikat menjemput dan berkata: "Berbaiklah hajimu, wahai Adam, kami telah melakukan haji Kakbah ini 200 tahun sebelummu.''
Nabi Syis bin Adam membangun rumah dari tanah dan batu di tempat kemah nabi Adam. Rumah ini terus-menerus diramaikan orang sesudahnya, sampai masa Nabi Nuh as. Sejak itu rumah ini hancur tidak tampak tempatnya, sampai Allah mengutus Nabi Ibrahim as, untuk membangunnya kembali.
Masa Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim as yang waktu itu berada di Palestina, diperintah oleh Allah untuk membawa Siti Hajar (istrinya) dan Ismail (putranya) ke satu jurang yang tiada tanaman disamping Baitullah al Haram.
Tempat ini bekas dilanda angin topan, hingga tidak tampak bangunan apa pun kecuali suatu bukit kecil.
Ibrahim kembali ke Palestina dan meninggalkan mereka berdua di bukit itu, dengan diberi bekal satu kantong berisi kurma dan satu tempat air. Setelah air habis, hauslah Ismail, maka Siti Hajar
berlari-lari kecil mencari air antara Bukit Shofa dan Marwah yang berjarak 425 m.
Setelah tujuh kali, ketika Siti Hajar berada di atas bukit Marwah ia mendengar suara keras, segeralah ia pergi ke tempat putranya, ternyata di antara kedua kaki Ismail memancar mata air, yang merupakan cikal bakal Sumur Zamzam saat ini.
Setelah Ismail dewasa, Allah memerintah Nabi Ibrahim untuk membangun kakbah. Allah menunjukkan tempat yang akan dibangun baitullah ini dengan segumpal awan, sebagaimana surat Al Haj ayat 26 yang artinya, "Ketika kami menunjukkan tempat Baitullah dengan awan kepada Ibrahim, awan itu membayangi Ibrahim dan menunjukkan tempat fondasi baitullah, sampai Ibrahim membangun fondasi itu setinggi badan, awan itu kemudian hilang.''
Hajar Aswad
Sewaktu Ibrahim membangun kakbah, dan sampai di tempat hajar aswad sekarang, Ibrahim menyuruh anaknya, Ismail, untuk mencari batu. Maka Ismail pergi menjelajahi gunung-gunung, sampai suatu ketika datanglah malaikat Jibril membawa hajar aswad.
Ismail kembali kepada ayahnya menyerahkan batu itu.
Hadis riwayat Ibnu Abbas mengatakan hajar aswad diturunkan dari surga, batu yang gemerlapan cahayanya karena putihnya, maka Nabi Adam as mengambil dan mendekap/merangkulnya karena rindunya. Putih hajar aswad seperti intan seandainya tak disentuh oleh tangan kotor kaum jahiliyah.
Hadis tentang hajar aswad ini masih banyak lagi, diantaranya sewaktu Nabi Muhammad saw secara bijaksana menyelesaikan perselisihan antara beberapa golongan Quraisy dalam menentukan siapa yang harus meletakkan hajar aswad ke tempatnya setelah kakbah selesai direnovasi.
Nabi menggelar sorbannya, ujung-ujungnya dipegang oleh 4 golongan Quraisy yang berselisih. Kemudian Nabi meletakkan hajar aswad di tengah kain sorban itu dan diangkat bersama-sama. Selesailah perselisihan dengan kearifan dan kebijakan Nabi ini.
Bentuk dan Ukuran
Pada waktu Nabi Ibrahim membangun kembali Kakbah ini, bentuk dan ukurannya agak berbeda dengan yang sekarang. Panjangnya 32 dan 31 dziro', (1 dziro' = 0,7-0,8 m), sedangkan lebarnya 22 dan 20 dziro', tinggi di atas bumi 9 dziro', sedangkan fondasi di dalam tanah 30 dziro'. Jaraknya ke Bukit Shofa 152 m, jarak Shofa dan Marwah 425m.
Bangunan ini tidak beratap, baru pada zaman jahiliyah suku Quraisy membangun atap Kakbah dan menambah tingginya menjadi 18 dziro'.
Sejak dibangun oleh Nabi Ibrahim as sampai saat ini Kakbah telah mengalami beberapa kali perubahan; diantaranya oleh suku Amaliqah, suku Jurhum, Qussei bin Kilab (Kakek dari kakek Nabi Muhammad saw) pada tahun 470 Masehi, 100 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sultan Murad IV dari dinasti Ali Utsman membangun kembali Kakbah setelah kena bencana banjir, dan selesai pada tahun 1040 H.
1. Mekah dengan kakbah di tengahnya pada masa Ibrahim.
2. Mekah pada tahun 470 Masehi, masa Qussei bin Kilab.
3. Pada masa awal Islam (610 M/12 tahun sebelum hijrah)
4. Pada masa dinasti Omayyah (710 Masehi atau 78 tahun setelah wafat nabi Muhammad saw.)
5. Pada masa dinasti Abbasiah (923 Masehi)
6. Pada masa kerajaan Ottomun 1880 Masehi)
7. Mekah sekarang, setelah perluasan masjid al Haram oleh Khadimul
Haramain Raja Fahd bin Abdul Aziz.
Pemersatu Umat Manusia sampai akhir zaman
Kakbah merupakan pusat kiblat kita sewaktu salat; paling tidak lima kali sehari umat Islam di seluruh dunia melaksanakan salat wajib.
Sebelumnya salat berkiblat ke Baitul Maqdis, sampai Nabi Muhammad saw diperintahkan mengubah kiblat ke Kakbah.
Perintah ini diterima Nabi ketika sedang salat di suatu masjid dekat Madinah. Masjid ini kemudian diberi nama Masjid Qiblatain (masjid dengan dua kiblat). Pada saat kita berhaji, kita diberi kesempatan untuk berziarah ke masjid ini. Disamping sebagai kiblat salat, Kakbah juga dituju oleh seluruh umat Islam dari seluruh dunia untuk tawaf sewaktu berhaji atau umrah.
Dengan demikian, benar-benar Kakbah itu sebagai pusat pemersatu umat Islam dari seluruh penjuru dunia sampai akhir zaman.
No comments:
Post a Comment