Apa yang sudah kau berikan untuk dirimu, keluarga, tetangga, masyarakat, bangsa, dan Tuhanmu? Banyak, mungkin itu jawabanya yang kita ungkapkan. Tidak salah memang. Toh, kita punya segalanya. Kita punya kemampuan untuk berbuat. Makan, minum, mandi, berlari, main bola, mengendarai mobil, sepeda motor, dan lain sebagainya.Tapi, bagaimana bila Anda tak punya apa-apa? Anda tak punya tangan, tak punya kaki, tak punya telinga, dan sesuatu layaknya orang yang normal? Marilah kita bersyukur dengan segala anugerah yang diberikan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, kepada kita? Apa yang bisa kita berikan bila kita tak mempunyai tangan? Apa yang bisa kita berikan bila kita tak mampu pergi sendiri?
Lihatlah Nick Vijicic. Namanya mungkin terdengar asing di telinga kita. Bisa jadi, kita tak mengenalnya. Tak mengapa, itu sesuatu yang lumrah. Tapi, pada kesempatan ini, saya ingin sedikit berbagi tentang kisah hidup dan perjalanan Nick Vujicic.
Nick lahir di Australia, pada 4 Desember 1982. Ia lahir tanpa kaki dan tangan. Sebenarnya punya satu kaki, hanya saja kakinya tak tumbuh normal. Ibunya yang seorang perawat, tidak apa yang menyebabkan anaknya lahir demikian. Sebagai seorang perawat, tentu ibunya paham apa yang harus dilakukan ketika hamil dan mempersiapkan saat akan lahir si jabang bayi. Walau segalanya sudah dipersiapkan dengan baik, toh kehendak Tuhan tak bisa diubah. Nick terlahir dalam keadaan cacat.
Kecewakan ibunya? Pasti. Tapi, apa hendak dikata, semua harus disyukuri. Kecewakan Nick, pasti. Ia juga kecewa dengan keadaan tubuhnya yang tak normal. Bahkan, saat berumur delapan tahun, ia sudah sempat ingin bunuh diri. Tapi, Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, punya rencana atas dirinya.
Setiap kekurangan pasti ada kelebihan. Itulah yang ada pada diri Nick saat ini. Pria keturunan Serbia ini, justru mampu mengejutkan semua orang. Dengan keterbatasan fisiknya, ia mampu memberi motivasi pada orang lain. Bahkan, dengan kekurangannya, ia punya kelebihan. Ia sudah mengunjungi puluhan negara untuk memberikan pengarahan atau motivasi kepada manusia-manusia normal seperti kita. Bahkan, ia juga sudah pernah berkunjung ke Jakarta.
Lihatlat di videonya ini.http://www.youtube.com/watch?v=zfW5eWntoPE&feature=related Nick dengan kekurangannya, justru terampil bermain drum elektrik. Ia menunjukkan kepiawaiannya. Lalu bagaimana kita yang punya tangan dan kaki? Mampukah kita bermain drum elektrik seperti yang ditunjukkan Nick ini?
Bila kita tidak mampu demikian, itulah yang ditunjukkan Nick. Ketika terjatuh, ia harus berusaha sekuat mungkin untuk bangkit. Terjatuh, bangkit lagi, jatuh lagi, bangkit lagi. Begitu seterusnya. Sebab, hanya dengan cara itulah, kita bisa dan mampu menaklukkan kelemahan kita.
Apakah dengan kekurangan kita mesti bergantung pada orang lain? Tidak. Nick tidak melakukan itu. Dia tetap berusaha mandiri. Ia berkata; akankah kita mampu bangkit dan menyelesaikan sesuatu saat kita dalam keadaan kuat (are we gonna finish it strong)?
Pertanyaan Nick, harusnya kita jawab. Apa yang bisa kita jawab dengan pertanyaan Nick. Tentu, kita akan berkata saya bisa atau saya mampu. Tapi bagaimana bila kita tak punya kaki dan tangan, mampukah kita bangkit? Untuk jawaban ini, kita harus berpikir berkali-kali. Karena kita tidak tahu, apakah kita benar-benar mampu melakukannya.
No comments:
Post a Comment