Aku
adalah seorang remaja yang berumur 14 tahun, aku sedang duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas. Di sini aku mempunyai 3 teman baik yaitu Vita, Kaka, dan Lena.
Kemana aku pergi, aku selalu bersama mereka. Aku duduk sebangku dengan Lena,
sedangkan Vita duduk sebangku dengan Kaka. Memang, aku baru mengenalnya saat
aku baru masuk SMA. Tetapi aku sudah mengenal Vita sejak SMP. Aku memiliki usia
yang sangat jauh bedanya dengan mereka. Walaupun aku lebih muda dari mereka,
tetapi aku tetap menghargai mereka sebagai teman dan sekaligus sebagai kakak
angkatku selama di sekolah.
Aku
pun selalu berbagi cerita dengan mereka, begitu pun mereka. Namun, pada suatu
ketika teman baikku yang bernama Lena sedang mendapatkan masalah di dalam hidupnya,
ia hanya percaya kepadaku untuk menjaga semua rahasia yang akan ia ceritakan
kepadaku. Ia tidak mau jika ada orang lain yang mengetahuinya selain aku.
Ketika bel masuk berbunyi, tiba-tiba Lena datang dengan wajah yang penuh duka,
aku pun terkaget melihatnya, ”ada masalah apa denganmu Lena?” tanya aku, tetapi
Lena tetap diam membisu tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Hingga
akhirnya aku memutuskan untuk merayu ia agar mau bercerita tentang yang
dialaminya. “Len, aku kan teman baikmu aku janji tidak akan membuka semua
rahasia kamu,’’ kata aku. “Aku mau cerita sama kamu Cit, asalkan kamu mau
menjaga rahasiaku ini,” jawab Lena. “Tenang Lena, aku tidak akan pernah membuka
semua rahasia orang karena itu dosa, lalu apa yang sedang kamu rasakan
sekarang?” tanya aku. Tiba tiba Lena menangis, “aku menderita sakit leukemia Cit,
dan aku baru tahu penyakit itu kemarin,” jawab Lena dengan menangis. Tiba tiba
Vita dan Kaka datang menemui aku dan Lena, ”Len kamu kenapa?” tanya Kaka. “Aku
gak kenapa kenapa kok,” jawab Lena dengan senyum terpaksa. Namun, Vita merasa
heran dengan jawaban yang diberikan oleh Lena, seakan-akan Lena tidak
menganggap adanya mereka yang mungkin menurut Vita, mereka juga harus tahu apa
yang dialami oleh Lena. “Kok kamu gitu sih Len? Tidak mau berbagi cerita dengan
aku dan Kaka?” tanya Vita dengan wajah kesal. Lalu jawaban yang sama pun tetap
keluar dari mulut Lena.
Dan
akhirnya mereka pergi meninggalkan aku dan Lena dengan wajah kesal dan
cemberut. Lalu bel istirahat berbunyi, tiba tiba aku melihat Vita dan Kaka
sedang bercerita di sudut kelas dengan wajah yang serius bahkan mereka pun
tidak mau menceritakan apa yang sedang mereka ceritakan. “Vit, kalian lagi
bicara tentang apa sih?” tanya aku. “Kamu gak usah ikut campur deh Cit dengan
urusan aku dan Kaka,” jawab Vita dengan wajah yang sinis. Aku pun terkaget,
kenapa sikap mereka berubah secara tiba tiba kepada aku padahal aku tidak
pernah memiliki masalah dengan mereka. Aku pun pergi ke kantin hanya bersama Lena,
tiba tiba ada seorang temanku yang bernama Milla yang datang dengan wajah yang
serius dan berusaha mendekati aku. “Cit, kamu tahu tidak ? kalau si Vita dan Kaka
sedang menceritakan keburukan kamu dan Lena di kantin sekarang,” kata Milla
dengan wajah serius. “Lalu salah aku dan Lena apa Mil, kok mereka tega sih membuat
fitnah tentang aku dan Lena di hadapan teman teman sekelas?” tanya aku. “Aku
tidak tahu apa yang mereka bicarakan dan aku sempat mendengar kalau mereka
tidak senang dengan kamu dan Lena dari semenjak masuk sekolah,” jawab Milla. Tetapi
aku dan Lena tetap tidak percaya dengan berita yang dibawa oleh Milla.
Ketika
bel masuk berbunyi, aku duduk di kursi ku bersama Lena, dan tiba tiba aku
sedikit mendengar percakapan Vita dan Kaka dengan seorang teman sekelasku. “Kalian
tahu tidak, kalau si Citra dan Lena itu munafik?” kata Vita dengan suara pelan.
”Selama aku kenal dia dari kelas satu SMP, Citra tidak seperti itu dia adalah
orang yang baik sama teman temannya,” jawab Dinda seorang teman sekelasku.
“Tetapi menurut aku, Citra sama Lena itu munafik, mereka anggap aku dan Kaka sebagai
teman baik tetapi mereka selalu saja merahasiakan sesuatu tanpa kita ketahui,”
kata Vita sambil berbisik. Setelah aku mendengar semua percakapan itu aku baru
percaya bahwa selama ini mereka hanya baik di depan muka, tetapi di belakang
aku dan Lena mereka tega memfitnah aku dan Lena di hadapan teman sekelas. Wajar
saja, jika aku merahasiakan sesuatu yang menurut pemilknya tidak boleh
diketahui oleh siapa pun selain aku, tetapi kenapa mereka berprasangka buruk
terhadap aku dan Lena. Hingga akhirnya, aku dan Lena mencoba bersabar dan
menjadikan semua itu sebagai pengalaman dalam berteman.
Oleh : Lifia Citra Ramadhanti
X7
Biografi
Penulis
Lifia
Citra Ramadhanti, lahir di Tangerang, 10 Januari 1998. Memiliki hobi menulis
cerpen, membaca buku cerita, dan menonton film. Salah satu bakat yang pernah
diraih olehnya adalah menjuarai lomba hafalan Qur’an, menjuarai lomba cerdas
cermat antar sekolah (SMP), dan
menjuarai lomba Mading (Majalah Dinding) antar remaja. Salah satu cita
cita dari seorang penulis cerpen ini yaitu menjadi seorang INSINYUR WANITA MUDA.
Harapan dari penulis yaitu pembaca mampu memahami isi cerpen ini, dan mendapatkan
inspirasi agar lebih berhati-hati dalam bergaul.
No comments:
Post a Comment