Monday, 15 December 2014

Pengkhianat Persahabatan




            Aku adalah seorang remaja yang berumur 14 tahun, aku sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Di sini aku mempunyai 3 teman baik yaitu Vita, Kaka, dan Lena. Kemana aku pergi, aku selalu bersama mereka. Aku duduk sebangku dengan Lena, sedangkan Vita duduk sebangku dengan Kaka. Memang, aku baru mengenalnya saat aku baru masuk SMA. Tetapi aku sudah mengenal Vita sejak SMP. Aku memiliki usia yang sangat jauh bedanya dengan mereka. Walaupun aku lebih muda dari mereka, tetapi aku tetap menghargai mereka sebagai teman dan sekaligus sebagai kakak angkatku selama di sekolah.
Aku pun selalu berbagi cerita dengan mereka, begitu pun mereka. Namun, pada suatu ketika teman baikku yang bernama Lena sedang mendapatkan masalah di dalam hidupnya, ia hanya percaya kepadaku untuk menjaga semua rahasia yang akan ia ceritakan kepadaku. Ia tidak mau jika ada orang lain yang mengetahuinya selain aku. Ketika bel masuk berbunyi, tiba-tiba Lena datang dengan wajah yang penuh duka, aku pun terkaget melihatnya, ”ada masalah apa denganmu Lena?” tanya aku, tetapi Lena tetap diam membisu tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Hingga akhirnya aku memutuskan untuk merayu ia agar mau bercerita tentang yang dialaminya. “Len, aku kan teman baikmu aku janji tidak akan membuka semua rahasia kamu,’’ kata aku. “Aku mau cerita sama kamu Cit, asalkan kamu mau menjaga rahasiaku ini,” jawab Lena. “Tenang Lena, aku tidak akan pernah membuka semua rahasia orang karena itu dosa, lalu apa yang sedang kamu rasakan sekarang?” tanya aku. Tiba tiba Lena menangis, “aku menderita sakit leukemia Cit, dan aku baru tahu penyakit itu kemarin,” jawab Lena dengan menangis. Tiba tiba Vita dan Kaka datang menemui aku dan Lena, ”Len kamu kenapa?” tanya Kaka. “Aku gak kenapa kenapa kok,” jawab Lena dengan senyum terpaksa. Namun, Vita merasa heran dengan jawaban yang diberikan oleh Lena, seakan-akan Lena tidak menganggap adanya mereka yang mungkin menurut Vita, mereka juga harus tahu apa yang dialami oleh Lena. “Kok kamu gitu sih Len? Tidak mau berbagi cerita dengan aku dan Kaka?” tanya Vita dengan wajah kesal. Lalu jawaban yang sama pun tetap keluar dari mulut Lena.
Dan akhirnya mereka pergi meninggalkan aku dan Lena dengan wajah kesal dan cemberut. Lalu bel istirahat berbunyi, tiba tiba aku melihat Vita dan Kaka sedang bercerita di sudut kelas dengan wajah yang serius bahkan mereka pun tidak mau menceritakan apa yang sedang mereka ceritakan. “Vit, kalian lagi bicara tentang apa sih?” tanya aku. “Kamu gak usah ikut campur deh Cit dengan urusan aku dan Kaka,” jawab Vita dengan wajah yang sinis. Aku pun terkaget, kenapa sikap mereka berubah secara tiba tiba kepada aku padahal aku tidak pernah memiliki masalah dengan mereka. Aku pun pergi ke kantin hanya bersama Lena, tiba tiba ada seorang temanku yang bernama Milla yang datang dengan wajah yang serius dan berusaha mendekati aku. “Cit, kamu tahu tidak ? kalau si Vita dan Kaka sedang menceritakan keburukan kamu dan Lena di kantin sekarang,” kata Milla dengan wajah serius. “Lalu salah aku dan Lena apa Mil, kok mereka tega sih membuat fitnah tentang aku dan Lena di hadapan teman teman sekelas?” tanya aku. “Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan dan aku sempat mendengar kalau mereka tidak senang dengan kamu dan Lena dari semenjak masuk sekolah,” jawab Milla. Tetapi aku dan Lena tetap tidak percaya dengan berita yang dibawa oleh Milla.
Ketika bel masuk berbunyi, aku duduk di kursi ku bersama Lena, dan tiba tiba aku sedikit mendengar percakapan Vita dan Kaka dengan seorang teman sekelasku. “Kalian tahu tidak, kalau si Citra dan Lena itu munafik?” kata Vita dengan suara pelan. ”Selama aku kenal dia dari kelas satu SMP, Citra tidak seperti itu dia adalah orang yang baik sama teman temannya,” jawab Dinda seorang teman sekelasku. “Tetapi menurut aku, Citra sama Lena itu munafik, mereka anggap aku dan Kaka sebagai teman baik tetapi mereka selalu saja merahasiakan sesuatu tanpa kita ketahui,” kata Vita sambil berbisik. Setelah aku mendengar semua percakapan itu aku baru percaya bahwa selama ini mereka hanya baik di depan muka, tetapi di belakang aku dan Lena mereka tega memfitnah aku dan Lena di hadapan teman sekelas. Wajar saja, jika aku merahasiakan sesuatu yang menurut pemilknya tidak boleh diketahui oleh siapa pun selain aku, tetapi kenapa mereka berprasangka buruk terhadap aku dan Lena. Hingga akhirnya, aku dan Lena mencoba bersabar dan menjadikan semua itu sebagai pengalaman dalam berteman.

Oleh : Lifia Citra Ramadhanti
X7
Biografi Penulis

Lifia Citra Ramadhanti, lahir di Tangerang, 10 Januari 1998. Memiliki hobi menulis cerpen, membaca buku cerita, dan menonton film. Salah satu bakat yang pernah diraih olehnya adalah menjuarai lomba hafalan Qur’an, menjuarai lomba cerdas cermat antar sekolah (SMP), dan  menjuarai lomba Mading (Majalah Dinding) antar remaja. Salah satu cita cita dari seorang penulis cerpen ini yaitu menjadi seorang INSINYUR WANITA MUDA. Harapan dari penulis yaitu pembaca mampu memahami isi cerpen ini, dan mendapatkan inspirasi agar lebih berhati-hati dalam bergaul.


No comments:

Post a Comment